Kamis, 14 Juni 2012

BERTAHAN


Panas terik membakar kelamnya kulitmu..
Asap dan debu menguasai sluruh ruang paru-parumu..
Setiap saat, setiap waktu, tak pernah  lepas darimu ancaman maut itu..
Tapi kau tetap bertahan, kau tetap tak terhalang, dan kau tetap terus menerjang..
Akar-akar semangat yang terus berkobar, semakin membuatmu tak gentar..

Selasa, 12 Juni 2012

PANTASKAH?


Aku di sini setia menunggu,
Apakah kau di sana juga setia menanti?
Aku ragu,
Aku tak yakin kau mau manungguku..

Kita tak pernah berjanji,
Tak pernah berikrar,
Juga tak pernah menyentuh yang namanya sumpah..

Jadi, pantaskah aku berharap?
Pantaskah aku merindu?
Pada sosok dirimu,
Pangeran sempurna dalam hidupku..

Ah, memangnya siapa aku?
Aku ini bukan siapa-siapa,
Bukan juga apa-apa..
Lihat kan? Melirik saja orang tak akan mau..

Aku ini tak seperti dirimu yang sempurna,
Aku ini hanya gadis tolol yang dengan lancang mencintaimu,
Gadis bodoh yang dengan lancang merindumu,
Dan hanya gadis dungu yang dengan lancang mengharapkanmu..

Tapi tolong jangan hanya salahkan aku,
Karna aku pun tak pernah berharap memiliki rasa sedalam ini,
Rasa suka, sayang, dan cinta yang hanya untukmu..
Aku tak pernah mengharapnya..

Rasa itu yang dengan sendirinya mendekatiku,
Merenggut separuh hatiku,
Dan membawanya melayang mengikuti kepergianmu..

Senin, 11 Juni 2012

FF - Kangen


 Waiting for your call, i’m sick
Call, i’m angry, call, i’m desperate for your voice..

Senandung lagu dari Secondhand Serenade itu terus saja mengalun dari mp3 player laptopku. Lagu itu kuputar terus-menerus tanpa lelah. Mungkin ini akan merusak system di laptopku, tapi biarlah. Biar laptop ini yang menjadi pelampiasanku. Tidak kubanting saja  sudah untung! Aku kesal, aku kecewa, aku marah! Kenapa kamu tak pernah bisa mengerti keadaanku? Kenapa kamu tak pernah mengerti kondisiku? Aku tak se-kaya mereka. Aku bukan anak pejabat, apalagi anak presiden. Laptop bekas berprosesor pentium yang super lemot ini saja pemberian temanku.
Lalu sekarang bagaimana caranya aku mendapatkan uang untuk menyervis kamu, handphone-ku? Aku butuh sms-an...
Huaa... handphone-ku, aku kangen kamu!!!

Sign, Novelia Ephilina

FF - Kepergianmu


 “Aku tanpamu, butiran debu...”
Meluncurlah gumaman-gumaman lirih dari bibirku yang senantiasa terkunci sejak seminggu yang lalu. Kepergiannya masih saja menciptakan goresan-goresan pedih dalam hatiku, masih saja mengguratkan tinta-tinta kelabu yang menyuramkan hariku, dan menimbulkan luka dalam yang tak pernah terukur dalam hidupku.
Aku benar-benar merasa hampa tanpa kehadirannya. Dia, cinta yang selama ini aku tunggu-tunggu, cinta yang selama ini selalu aku nanti, kenapa tak bisa melihat ketulusan hatiku? Kenapa tak bisa melihat besarnya cintaku? Dan kenapa tak pernah sekalipun memahami pengorbananku?
Tak tahukah kau bahwa hati ini selalu meracau memanggil namamu? Kau yang begitu indah, namun telah berkali-kali menggores luka.

Kota Pahlawan, 09 April 2012-04-09
Sign, Novelia Ephilina

FF - Menyuntingmu


 Kembali kususuri jalanan setapak ini. Ya, memang hanya jalan kecil ini lagi. Jalan kecil yang slalu membuatku ingin terus berada di sini. Di antara hening sepi, dalam lautan misteri.
Di jalan ini, aku menemukanmu. Kau yang dulu duduk terpaku menatap nisan di hadapanmu. Kau yang dulu lusuh sekali.
Kau hanya bisa diam. Tak sanggup bicara. Tak sanggup bergerak. Hanya air mata yang selalu saja jatuh dari dua bola matamu.
Ku rengkuh kau dalam pelukku. Ku peluk kau diantara bumi dan langit.
“Biarkan aku menjagamu Ara,”
“Kau yakin, akan mau menjagaku Deni?” Kau menatapku tak percaya.
“Aku yakin. Menikahlah denganku,” akhirnya kata keramat itu keluar dari mulutku. Dari seorang lelaki yang telah menggantung hubungannya selama 6 bulan ini.
Dan kau pun terisak. Diantara hujan dan gerimis, aku meminangmu.

Kota Pahlawan, 27 Maret 2012-04-09
Sign, Novelia Ephilina

Jumat, 08 Juni 2012

Akhiri 10/04/12

Bila memang berakhir, akhirilah saja.
Aku tak mau kau bertahan hanya dengan rasa kasihan.
Pergilah, jika memang itu yang kau mau.
Biar aku melepasmu.
Tak usah kau pedulikan luka yang kini menganga perih.
Pergilah, lupakan aku.

Kota Pahlawan, 10 April 2012
Sign, Novelia Ephilina :')

FF 83 Kata

Aku memang hanya seorang pemusik jalanan, yang hanya bisa menggantungkan hidup dari uang recehan. Tapi aku masih tak bisa memercayai ucapanmu kala itu...,

“Maaf, aku tidak bisa terus bersamamu Abi. Johan lebih bisa mengurus semua kebutuhanku. Maaf Bi...”

Ucapanmu memang selirih embun, selembut untaian gunung.
Namun tahukah kau bahwa itu cukup untuk menghujam jantung?

Ternyata kau sama saja. Kau tega menggadaikan cintamu hanya demi materi semata! Lihatlah Na, aku akan lebih sukses daripada laki-laki itu. Dan kau, kupastikan akan menyesal telah mengucapkan kata-kata itu!

Sign, Novelia Ephilina

Hutan Hati

“Dimana... kamu dimana?
Disini, bukan...
Kemana... Kamu kemana?
Kesini, bukan...
Katanya pergi sebentar?
Ternyata lama...
Taukah, aku sendiri?
Menunggu kamu...”

***

Apa kah yang sedang kau cari? Hutan kah? Kalau iya, hutan manakah yang ingin kau temui? Hutan yang itu kah? Hutan hati yang mulai meneteskan sisa-sisa air yang mulai mengering itu kah yang kau cari?



Iya, hutan itulah yang aku cari. Hutan hati yang selalu indah. Hutan Hati yang selalu di temani oleh burung-burung kecil yang senantiasa berkicau dengan riangnya.



Tapi sayangnya, burung-burung itu enggan berkicau lagi. Dan hutan hati itu, kini serasa mati.



Seketika itu juga air hujan pun turun, dan bukankah harusnya hutan hati itu tumbuh subur karena yang dia nanti telah datang.



Tapi tunggu, hujan itu tak jatuh pada tempat yang seharusnya ia jatuhi. Air hujan itu lebih memilih menyuburkan hutan hati yang lain, bukan hutan hati itu.



Oh, berdoalah kau wahai hutan hati. berdoalah agar hujan itu turun tepat dimana kau berada saat ini. Agar kau tak kesepian. Agar burung-burung kecil itu berkicau lagi.



Tapi hutan hati itu sudah lelah berdoa, Hutan hati itu telah lelah berharap. Hanya kepasrahan pada Tuhan yang mampu ia lakukan. Ia sedang menunggu kapan kepastian itu akan datang. Kepastian yang belum tentu nyata. Kepastian yang mungkin hanya kisah semu semata.



Tapi lihatlah, bukannya hujan yang kau nanti enggan datang. Hanya saja, hujan tak tau. Dimana kah hutan hati yang selalu dicarinya itu berada. Hujan selalu berharap dapat menemukan hutan hati itu, hanya saja Tuhan belum mengizinkannya.



Ah, sebegitu beratkah jalan untuk menempuh hutan hati itu? Apakah hutan hati itu terlalu sulit dijangkau? Daun-daun itu sudah mulai menguning. Menanti hujan yang tak kunjung datang.



Ya, memang sangat berat. Sang hujan tak dapat menemukan arah yang benar. Dia sudah berdoa pada Tuhan untuk menemukan hutan hati itu, tapi doa itu belum dapat terkabul. Dia masih harus bersabar, dan terus berharap.



Tapi penantian ini sudah mencapai ujungnya. Sang hujan terlalu lama dalam pencariannya. Sang hujan terlalu lamban dalam misinya. Dan hutan hati itu kini telah layu sepenuhnya. Berapa lama lagi hutan hati itu harus menunggu? Hutan hati itu juga ingin mencari hujannya sendiri. Tapi takdir tak pernah memperbolehkannya. Hingga ia hanya bisa menunggu, menunggu, dan menunggu.



Dan akhirnya hujan pun menyerah. Hujan sudah berusaha, dia terus berkelana mencari hutan hati. Tapi takdir berkata lain. Mereka sudah tak dapat bertemu lagi. Mereka bukanlah jodoh. Dan kini hujan hanya berdoa semoga hutan hati bertemu dengan hujan yang lainnya.



Lalu hutan hati itu pun mulai mengering sempurna. Daun-daunnya berguguran. Pohon-pohonya mulai mati. Tapi ia juga mulai menerbangkan benihnya yang lain bersama tiupan angin. Ia berharap benihnya akan menemukan hujan yang selalu dinantinya.

***

“Biarkan aku menjaga perasaan ini,
Menjaga segenap cinta yang telah kau beri,
Engkau pergi aku tak kan pergi,
Engkau menjauh aku tak kan jauh,
Sebenarnya, diriku masih mengharapkanmu..
Sejujurnya, diriku masih mencintaimu..”


By : Novelia E. & Desy M.
Dulu, hutanku lebat
Dulu, alamku hijau
Bagai paru-paru di dunia

Tak perlu susah payah mencari air
Tak susah pula berebut oksigen
Namun sekarang,
Mencari setetes air bersih pun tak mudah
Semua berlomba-lomba mencarinya
Dengan kekerasan pun mereka tak pernah malu

Air, oksigen, cahaya.
Tak ada air, hidup taruhannya
Tak ada oksigen, tak kan ada jiwa
Tak ada cahaya, matilah kita semua.

Seharusnya bisa dijaga nikmat-Nya ini,
Seharusnya bisa dipelihara titipan-Nya ini,
Seharusnya bisa, seharusnya kita mampu.
Hanya saja, kita yang tak mau.

Masih bisakah kau tak peduli jika sudah tak ada air di bumi ini?
Masih bisakah kau bersikap tak acuh bila sudah tak ada oksigen yang bisa kau hirup dengan bebas?
Haruskah menunggu teguran-Nya untuk memperbaiki sikapmu?
Harus menunggu amarah-Nya kah untuk membangkitkan rasa pedulimu?

Marilah kawan, jaga bersama bumi kita.
Pelihara bersama tempat tinggal kita satu-satunya.
Jangan tunggu teguran-Nya,
Jangan tunggu amarah-Nya.

Mari jaga lingkungan kawan!

By: Novelia E. & Denira P.

Aku Seharusnya Tahu 14/05/12

Aku seharusnya tahu kalau akan seperti ini,
Aku  seharusnya tak pernah memaksamu untuk benar-benar hadir, meski itu hanya dalam sosok maya,
Aku seharusnya tahu, kau tak akan sama..

Kamu tak seharusnya ada di sini,
Kamu tak seharusnya keluar dari imajiku,
Kamu seharusnya tetap menjadi milikku seutuhnya,
Bukan seperti ini..

Aku tak pernah membayangkan akan seperti ini jadinya,
Seharusnya aku sudah harus tahu,
Seharusnya aku tahu,
Tapi kenyataannya,
Aku tak tau..

Dan sekarang kamu telah hadir dalam dunia ini,
Dalam dunia mayaku,
Bukan aku bermaksud mengusirmu dari sini,
Tapi kamu memang menggangguku,
Air mataku selalu saja menetes ketika melihat namamu,
Jujur, aku pun tak pernah menginginkan seperti ini..

Mungkin aku terlalu berlebihan,
Mungkin aku terlalu egois,
Dan lagi, mungkin aku terlalu desperate..
Aku menganggap sosok sepertimu memang benar adanya,
Aku menganggap sosokmu benar-benar hanya milikku seutuhnya,
Aku tahu aku salah,
Tapi aku telah terlanjur jatuh hati padamu,
Jatuh hati pada karaktermu,
Jatuh hati pada sifat dan sikapmu,
Jatuh hati pada setiap senti kepribadianmu..

Alhasil, aku tak bisa menerima keadaan ini,
Aku tak bisa menerima hadirmu di sini,
Kenapa?
Karena aku hanya ingin memilikimu seorang diri, seutuhnya..
Aku tak ingin berbagi, untuk siapapun dan apapun itu..

Tetaplah menjadi imajiku, aku lebih menyukai itu..


Sign, Novelia Ephilina
Surabaya, 14 May 2012

Lelah 01/06/12

Aku telah lelah terluka
Aku telah lelah kecewa
Telah lelah disakiti
Telah lelah dikhianati

Tak ada yang bisa dipercaya
Semua hanya bullshit semata
Muak aku mendengarnya!

Buang!
Buang saja semua!
Tak usah kau ingatkan lagi
Mungkin ini memang sudah takdirku

Ditakdirkan untuk sendiri, mengarungi hidup ini.